Abad Pertengahan Kerajaan_Hungary

Abad Pertengahan Tinggi

jmpl|Raja István I dari Hungary

Kepangeranan tersebut digantikan oleh Kerajaan Kristen Hungary dengan penobatan Santo Stefanus I (putera Géza dari Hungary. Awalnya dipanggil Vajk sampai dibaptis) di Esztergom pada hari Natal tahun 1000. Raja-raja pertama kerajaan dari Wangsa Árpád. Baginda berperang melawan Koppány dan pada tahun 998, dengan bantuan Bayern dan mengalahkannya di dekat Veszprém. Gereja Katolik mendapat dukungan kuat dari István I, yang dengan bangsa Hungary Kristen dan para ksatria Jerman menginginkan sebuah kerajaan Kristen didirikan di Eropah Tengah. István I dari Hungary dikanonisasikan sebagai Santo Katolik pada tahun 1083 dan santo Ortodoks pada tahun 2000.

Setelah kematiannya, masa pemberontakan dan konflik untuk supremasi terjadi di antara royalti dan bangsawan. Pada tahun 1051 tentara Kekaisaran Romawi Suci mencoba untuk menaklukkan Hungary, namun mereka dikalahkan di Vértes. Tentara Kekaisaran Romawi Suci terus mengalami kerugian; pertempuran terbesar kedua terjadi di kota yang sekarang disebut Bratislava, pada tahun 1052. Sebelum tahun 1052 Peter Orseolo, seorang pendukung Kekaisaran Romawi Suci, digulingkan oleh raja Aba Sámuel.[8][9]

jmpl|kiri|Mahkota Suci Hungary bersama dengan regalia lainnyajmpl|kiri|Hungary (termasuk Croatia) pada tahun 1190, di dalam pemerintahan Béla III

Periode pemberontakan ini berakhir di masa pemerintahan Béla I. Penulis kronik Hungary memuji Béla I untuk memperkenalkan kurs baru, seperti denarius perak, dan untuk kebajikannya kepada bekas pengikut keponakannya, Salamon. Raja Hungary terbesar kedua yang juga berasal dari Wangsa Árpád adalah László I dari Hungary, yang stabil dan menguatkan kerajaan. Baginda juga dikanonisasikan sebagai santo. Di bawah pemerintahannya bangsa Hungary berhasil berjuang melawan bangsa Cuman dan menaklukkan Croatia pada tahun 1091, karena krisis dinastik di Croatia, baginda berhasil merebut kekuasaan dengan cepat di kerajaan itu, baginda juga merupakan seorang penuntut takhta karena fakta bahawa saudarinya menikah dengan mendiang raja Croatia, Zvonimir yang meninggal tanpa keturunan.

Namun kepemimpinan atas seluruh Croatia tidak akan tercapai sampai masa pemerintahan penggantinya, Koloman. Dengan penobatan Raja Salamon sebagai "Raja Croatia dan Dalmatia" di Biograd pada tahun 1102, kedua kerajaan Croatia dan Hungary disatukan di bawah satu mahkota.[10][11] Meskipun istilah yang tepat dari hubungan ini menjadi masalah sengketa pada abad ke-19, diyakini bahawa Koloman menciptakan semacam persatuan pribadi di antara dua kerajaan. Sifat hubungan itu bervariasi seiring dengan waktu, Croatia mempertahankan tingkat internal otonomi besar keseluruhan, sedangkan kekuatan nyata terletak di tangan bangsawan lokal.[12] Historiografi Croatia modern dan Hungary sebagian besar menyaksikan hubungan di antara Kerajaan Croatia (1102–1526) dan Kerajaan Hungary dari tahun 1102 sebagai sebuah bentuk dari Uni personal, di antara lain bahawa mereka terhubung oleh seorang raja umum.[13] Juga salah satu ahli hukum dan negarawan Hungary pada abad ke-16, István Werbőczy di dalam karyanya Tripartitum memperlakukan Croatia sebagai kerajaan yang terpisah dari Hungary.

Pada tahun 1222 András II dari Hungary mengeluarkan Bulla Emas yang meletakkan prinsip-prinsip hukum.

Serangan Mongol

jmpl|upright=1.3|Pertemuan László IV dan Rudolf I di dalam Pertempuran Marchfeld, yang dilukis oleh Mór Than (1873)

Pada tahun 1241, Hungary diserang oleh Mongol dan sementara itu tampaknya pertempuran kecil pertama dengan pelopor probe Subutai berakhir dengan kemenangan Hungary, suku Mongol akhirnya menghancurkan pasukan gabungan Hungary dan Cuman di Pertempuran Muhi. Pada tahun 1242, setelah berakhirnya serangan Mongol, sejumlah benteng untuk menghalangi serangan yang didirikan oleh Béla IV dari Hungary. Dengan gembira bangsa Hungary mengakuinya sebagai "Pendiri kedua Tanah Air", dan Kerajaan Hungary sekali lagi menjadi sebuah kekuatan yang cukup besar di Eropah. Pada tahun 1260 Béla IV dari Hungary kehilangan suksesi Perang Babenberg, tentaranya dikalahkan di Pertempuran Kressenbrunn dengan menyatukan tentara Czech. Namun pada tahun 1278 László IV dari Hungary dan pasukan Austria sepenuhnya menghancurkan tentara Czech di Pertempuran Marchfeld.

Akhir Abad Pertengahan

Wangsa Árpád punah pada tahun 1301 dengan kematian András III. Selanjutnya Hungary diperintah oleh Angevin sampai akhir abad ke-14, dan kemudian oleh beberapa pemimpin non-dinastik, terutama Sigismund, Maharaja Romawi Suci dan Hunyadi Mátyás - sampai awal abad ke-16.

jmpl|upright=0.8|Raja Károly Ijmpl|ka|Divisi administrasi pada abad pertengahan Hungary

Zaman Anjou

Ketika pendahulu András III, László IV, dibunuh pada tahun 1290, bangsawan lainnya digelari sebagai Raja Hungary: Martell Károly. Martell Károly adalah putera Raja Carlo II dari Napoli dan Mária dari Hungary, saudari László IV. Namun András III mengambil takhta untuk dirinya sendiri dan memerintah tanpa gangguan setelah kematian Martell Károly pada tahun 1295.

Setelah mangkatnya András pada tahun 1301, takhta dituntut oleh putera Martell Károly, Károly Róbert. Setelah periode ketidakstabilan, baginda akhirnya dinobatkan sebagai Raja Károly I pada tahun 1310. Baginda menerapkan reformasi ekonomi yang cukup besar, dan mengalahkan kaum bangsawan yang tersisa yang bertentangan dengan aturan kerajaan, yang dipimpin oleh Csák Máté III. Kerajaan Hungary mencapai zaman kemakmuran dan stabilitas di bawah Károly I. Tambang emas Kerajaan bekerja secara luas dan Hungary menjadi terkemuka di produksi emas Eropah dengan pesat. Forint diperkenalkan sebagai kurs menggantikan dinar, dan segera setelah reformasi Károly dilaksanakan, perekonomian Kerajaan mulai makmur lagi, jatuh ke dalam bahaya setelah serangan Mongol.

Károly menyembah kultus Santo László I, menggunakannya sebagai simbol keberanian, keadilan dan kesucian. Bgaindajuga menghormati mamandanya, Santo Louis. Di sisi lain, baginda mementingkan kelompok pengikut puteri-puteri Santa Erzsébet dan Santa Margit yang menambahkan kerelevanan salasilah garis keturunan perempuan.[14]

Károly memulihkan kekuasaan raja yang telah jatuh ke tangan bangsawan-bangsawan feodal, dan kemudian membuat bangsawan-bangsawan itu bersumpah setia kepadanya. Untuk itu, pada tahun 1326 baginda mendirikan Ordo Santo György, yang merupakan sekuler pertama Ordo Ksatria di dunia, dan termasuk para bangsawan Kerajaan yang terpenting.

jmpl|upright=0.8|Lajos I dari Hungary di Lapangan Pahlawan, Budapest

Károly menikah empat kali. Istri keempatnya adalah Elżbieta, puteri Władysław I. Ketika Károly meninggal pada tahun 1342, putera sulungnya dengan Elżbieta menggantikannya sebagai Lajos I. Pada tahun-tahun pertama pemerintahannya, Lajos diawasi ketat oleh ibundanya, menjadikannya salah satu tokoh yang paling berpengaruh di Kerajaan.

Károly mengatur pernikahan putera keduanya, András, dengan sepupunya Giovanna I, cucu perempuan Raja Roberto, pada tahun 1332. Roberto meninggal pada tahun 1343, mewariskan kerajaannya untuk Giovanna namun tidak mengikutsertakan tuntutan András. Pada tahun 1345, sekelompok konspirator bangsawan Neapolitan membunuh András di Aversa. Tak lama kemudian, Lajos mengumumkan perang atas Napoli, melakukan kampanye pertama pada tahun 1347–1348 dan yang kedua pada tahun 1350. Baginda akhirnya menandatangani perdamaian dengan Giovanna pada tahun 1352. Lajos juga mengumumkan peperangan melawan Kekaisaran Serbia dan Angkatan Kencana memulihkan otoritas penguasa Hungary atas wilayah di sepanjang perbatasan yang hilang pada dekade sebelumnya.

Pada tahun 1370 mamanda Lajos, Kazimierz yang Agung, meninggal tanpa keturunan. Lajos menggantikannya, sehingga membentuk Persatuan Hungary dan Poland yang pertama. Ini berlangsung sampai tahun 1382, ketika Lajos sendiri meninggal tanpa sebarang keturunan leaki; kedua-dua puterinya, Mária dan Hedvig, kemudian naik takhta Hungary dan Poland berturut-turut sebagai ratu di kedua-dua kerajaan ini.

Zaman Sigismund

jmpl|upright=0.8|Sigismund, Maharaja Romawi Suci

Lajos I dari Hungary selalu berhubungan baik dan dekat dengan Maharaja Romawi Suci Karl IV dari Luxembourg dan akhirnya mengumumkan putera Karl Sigismund dari Luxembourg untuk menggantikannya sebagai Raja Hungary. Sigismund menjadi seorang raja yang terkenal yang membuat banyak kemajuan di dalam sistem hukum Hungary dan yang membangun istana-istana Buda dan Visegrád. Baginda membawa bahan-bahan dari Austria dan Bohemia dan memerintahkan penciptaan bangunan termewah di seluruh Eropah Tengah. Di dalam hukum-hukumnya dapat dilihat jejak awal merkantilisme. Baginda bekerja keras untuk menjaga kaum bangsawan di bawah kekuasannnya. Sebagian besar pemerintahannya didedikasikan untuk bertarung dengan Kesultanan Uthmaniyah, yang mulai memperluas pengaruhnya ke Eropah. Pada tahun 1396 memerangi Pertempuran Nikopolis melawan bangsa Uthmaniyah, yang mengakibatkan kekalahan pasukan Perancis-Hungary yang dipimpin oleh Sigismund dan Philippe dari Artois. Namun Sigismund berhasil menekan pasukan Uthmaniyah di luar Kerajaan selama sisa hidupnya.

Jatuhnya nama Sigismund dalam kalangan bangsawan Hungary segera menjadi beliau korban dari upaya melawan pemerintahannya, dan Ladislao dari Anjou-Durazzo (putera Raja Napoli yang terbunuh, Károly II dari Hungary) yang dipanggil dan dinobatkan. Karena upacara tidak dilaksanakan dengan Mahkota Suci Hungary, dan di dalam kota Székesfehérvár, hal tersebut dianggap tidak sah. Ladislao hanya tinggal beberapa hari di wilayah Hungary dan segera pergi, yang tidak nyaman lagi bagi Sigismund. Pada tahun 1408 baginda mendirikan Ordo Naga, yang termasuk sebagian monarki yang relevan dan bangsawan di wilayah Eropah pada waktu itu. Hal ini hanya merupakan langkah pertama untuk apa yang akan terjadi. Pada tahun 1410 baginda dilantik sebagai Raja Romawi, yang menjadikannya raja tertinggi atas wilayah-wilayah Jerman. Baginda harus berurusan dengan pergerakan Husité, kelompok reformis agama yang lahir di Bohemia, dan baginda memimpin Konsili Konstanz, dimana pendiri teologis Jan Hus diadili. Pada tahun 1419 Sigismund menjadi ahli waris Wilayah Mahkota Bohemia setelah kematian saudaranya Wenceslaus dari Luxembourg, yang mendapatkan kendali resmi tiga negara abad pertengahan, namun baginda berjuang untuk mengendalikan Bohemia sampai perjanjian damai dengan Hussite dan penobatannya pada tahun 1436. Pada tahun 1433 dinobatkan sebagai Maharaja Romawi Suci oleh Paus dan memerintah sampai kematiannya pada tahun 1437, meninggalkan seorang ahli waris tunggal, putrinya Elisabeth dan suaminya. Pernikahan Elizabeth diatur dengan Adipati Albrecht V dari Austria, yang kemudian dinobatkan sebagai Raja Albrecht dari Hungary pada tahun 1437.

jmpl|kiri|upright=1.2|Penaklukkan di Barat oleh Hunyadi Mátyásjmpl|upright=0.8|Hunyadi Mátyás seperti yang digambarkan di dalam Chronica Hungarorum oleh Johannes de Thurocz

Wangsa Hunyadi

Zaman keemasan kerajaan Hungary terjadi di masa pemerintahan Hunyadi Mátyás (1458–90), putera Hunyadi János. Julukannya adalah "Mátyás yang Adil". Baginda lebih meningkatkan ekonomi dan mempraktikkan diplomasi yang cakap di dalam tempat aksi militer dimana saja dan kapan saja. Mátyás melakukan kampanye apabila diperlukan. Dari tahun 1485 sampai kematiannya, baginda menduduki Wina, yang bertujuan untuk membatasi pengaruh dan campur tangan Kekaisaran Romawi di dalam urusan-urusan Hungary.

Mátyás meninggal tanpa keturunan, dan kemudian digantikan oleh Ulászló II Jagiellon (1490–1516), putera Kazimierz IV dari Poland. Sebaliknya, Ulászló digantikan oleh putranya Lajos II (1516–26).

Pada awal perambahan Uthmaniyah, bangsa Hungary berhasil menahan penaklukkan. the Hungarians successfully resisted conquest. Hunyadi János adalah pemimpin Perang Salib Varna, dimana Hungary mencoba mengusir bangsa Turki dari Balkan. Awalnya mereka berhasil namun akhirnya mereka harus mundur.

Pada tahun 1456, Hunyadi János mengalahkan bangsa Uthmaniyah dengan telak di Pengepungan Beograd. Bel Tengah Hari kemudian menjadi tradisi yang memperingati prajurit Kristen yang gugur dalam pertempuran tersebut. Pada abad ke-15, Tentera Hitam Hungary dibentuk dengan sistem yang mirip tentara upahan modern dengan pasukan Hussar yang paling terampil di Kavaleri Hungary. Pada tahun 1479, di bawah kepemimpinan Pál Kinizsi, pasukan Hungary menghancurkan pasukan Uthmaniyah dan Wallachia di Pertempuran Breadfield. Pasukan Hungary menghancurkan musuh-musuhnya hampir di sepanjang masa pemerintahan Mátyás sebagai raja.

Pada tahun 1526, di dalam Pertempuran Mohács, tentara Uthmaniyah dipimpinan Suleiman I memusnahkan tentara Hungary. Lajos II tenggelam di muara Sungai Csele ketika cuba melarikan diri. Pemimpin pasukan baginda, Pál Tomori, juga tewas di medan perang.